Musim Pilkada, Musim Membeli Kucing Dalam Karung
Setiap kali musim pemilu datang, tikus-tikus berlomba-lomba menjadi kucing yang manis dan suka memburu tikus. Karena tikus adalah makhluk pengerat yang mudah menjadi manis, maka tak heran, kulit dan bulu kucing adalah komoditas paling laku di setiap musim pilkada. Lihat saja baliho-baliho dan poster-poster para tikus bertebaran di sepanjang jalan, menempel di pohon-pohon, di tembok rumah kosong, di papan reklame sebesar rumah dipinggiran rel, wc umum, rumah makan bahkan tempat pembuangan sampah. Dipenuhi oleh foto para tikus yang hendak menjadi kepala suku.
Jangan heran, musim pemilu itu telah menjadi musim berahi para tikus. Mereka berubah menjadi makhluk paling murni, penuh idealisme, penuh empati, suka datang ke pemukiman kumuh, gegap gempita dalam berpidato, makan di warteg-warteg, belanja di kaki lima. Padahal dalam hati mereka sangat jijik dengan kemiskinan. Dalam keadaan mereka sekarang, biasanya para tikus bersafari itu, sehari-hari makan di mal-mal mewah. Hidangan berharga 500 ribu hingga satu juta untuk dua orang. Itu pun masih kelas yang murah. Jangankan ke pasar tradisional, sepanjang tahun mereka mungkin tak pernah menginjak minimarket, karena hidupnya dilayani oleh banyak asisten dan sopir-sopir yang bisa diperintah semau mereka.
Lantas mengapa mereka bisa dan bersemangat bersulam diri menjadi kucing yang baik? Semua orang tahu, kucing itu pemburu tikus. Dulu di kampung, di rumah-rumah kita, apabila tikus sudah mulai banyak berkeliaran, biasanya mereka tak sungkan-sungkan lewat di depan hidung. Ukuran tubuhnya memang tak sebesar tikus got di kota-kota. Tetapi yang namanya tikus, bagi semua orang sangat menggelikan. Tidak ditakuti, tapi menggelikan. Jadi mereka bisa seenaknya berkeliaran di dalam rumah pada malam hari, bahkan siang hari, tanpa takut bahwa tuan rumah sedang duduk menonton televisi. Lagipula, mereka sangat gesit. Sebelum salah seorang dari kita bisa mengambil sapu untuk memukul kepalanya yang menjijikkan mereka sudah kabur duluan, tetapi sebelumnya, mereka akan menoleh, dan tersenyum, seakan mencemooh dan berkata, “Catch me if you can, baby…!”
Kita bisa lihat bukan, dalam bahasa Inggris saja, untuk kata menangkap, diperlukan tiga huruf c, a dan t yang berarti kucing sebelum dilengkapi dengan c dan h dibelakangnya. Nah untuk itulah, kita akan sangat gembira bila kucing sudah mulai bermain-main di rumah. Dan, satu persatu, tikus-tikus itu akan diburu dan habis populasinya. Karena kita tidak pernah men-sensus berapa jumlah tikus, karena kalau disensus pun akan percuma saja, karena lembaga statistik negara saja, tidak akan mampu menghasilkan sensus yang akurat. Bagaimana pula mereka akan menyensus tikus yang menggelikan dan lihai itu? Tapi intinya, kucing-kucing menjadi senang, kita serumah senang, karena kucing kenyang dan kita aman dari ganggguan tikus.
Itulah gunanya kucing. Kucing itu pemburu tikus yang merupakan hama menjijikkan. Kita semua sepakat bukan?
Meskipun begitu, zaman sekarang kucing-kucing terbiasa manja. Sebut saja kucing yang ber-ras angora atau persia itu. Biaya hidupnya bisa melebihi gaji pegawai negeri sipil di kabupaten miskin dalam sebulan. Kukunya dirawat dengan mewah. Hidung, mulut dan telinganya diperiksakan ke dokter hewan atau kalau kau mau lebih keren, mereka disebut veterinarian. Biaya salon dan makannya pun luar biasa. Jadi jangan berharap kucing-kucing keren itu mau memburu tikus di got-got yang kotor. Karena mereka sudah didomestikasi sedemikian rupa, menjadi sangat manis dan kurang buas. Bulu mereka terbiasa disikat dengan rapi, dimandikan, diberi parfum, tai mereka ditampung oleh tuannya. Kau pasti agak heran, para orang kaya pemelihara kucing mahal itu biasanya enggan mengurus anaknya sendiri, yang mereka carikan para baby sitter untuk merawatnya. Tapi dengan kucing-kucing, mereka sangat mesra dan sayang melebihi mesra kepada suami dan anaknya.
Nah, di musim pemilu, para tikus bergembira ria, mereka berusaha untuk mencari panggung dan popularitas, agar tubuh tikusnya yang sudah dipakaikan kulit dan bulu kucing bisa terlihat seperti kucing pemburu yang baik. Kalau kita bertanya: tikus kan tubuhnya tidak sebesar kucing? Tikus got itu ukurannya besar, dengan mudah saja mereka berubah dengan sekejap menjadi kucing.
Untuk apa popularitas dan keterpilihan itu? Agar sebagai tikus yang telah berubah menjadi kucing, mereka tidak lagi diburu-buru oleh kucing. Mereka bisa duduk di singgasana gubernur, walikota dan bupati atau presiden, dan mengawasi keju kekuasaan dan roti pembangunan yang besar lagi banyak. Lalu tikus-tikus itu berpesta pora sekuat dan semampunya, bahkan kalau perlu mereka makan obat kuat agar mampu meraup untung jabatan dan kedudukan itu sebesar-besarnya. Lalu mereka menjadi kaya raya.
Lagi pula, jika mereka takut tertangkap dan ketahuan atas penyamarannya, mereka sudah sangat lihai berkelit. Kalau kucing yang masih garang dan buas tak bisa disuap dengan emas dan perak, mereka pakai cara lain. Lewat praperadilan, atau meracuni para penegak hukum dengan roti-roti dan keju yang enak. Kita semua maklum, para penegak hukum itu doyan roti dan keju. Kasus-kasus pengeratan dan perampokan bisa sirna di meja kucing-kucing. Atau dihancurkan oleh palu hakim dan keadilan, mereka kemudian bisa bebas berkeliaran lagi.
Hikayat kucing dan tikus sudah berjalan bermilenium lamanya. Maka sejak ada pemilu, tikus dan kucing saling bersulih rupa. Kadang kucing yang suka menjadi tikus dan bergerombolan pula dengan para pengerat itu dilemari-lemari penuh makanan, got-got busuk dan kotor, lorong-lorong penggadilan dan rumah para hakim, kantor-kantor pemerintahan dan rumah para ustadz serta masjid-masjid dan dinas haji.
Jadi, ketika kita membeli kucing, hendaklah beli kucing yang normal. Untuk apa kucing persia berbulu lebat yang membuat kau menjadi bodoh dan dungu itu? Dulu kucing membersihkan rumahmu dari tikus, sekarang kau memeliharanya, memberinya makan, mengeluarkan biaya ratusan kali lipat lebih besar daripada biaya makan tetanggamu yang miskin. Kau antarkan si kucing ke salon lalu kau bawa ia tidur ke ranjangmu. Absurd dan dungu.
Makanya, jika musim pemilu datang, pilih dan belilah kucing yang garang dan buas. Yang tidak suka menggesek-gesekkan tubuh dan bulunya ke kakimu, yang bisa mencari makannya sendiri, mampu membasmi tikus dan punya integritas diri sebagai kucing.
Kalau terbiasa membeli kucing dalam karung, kita memang sering menyesal, rupanya mereka adalah para tikus yang kita dudukkan di parlemen, istana, kantor gubernur dan bupati atau walikota. Akhirnya kita hanya bisa menikmati karungnya saja. Sementara tepung dan keju sudah mereka makan semua.
Apa Reaksi Anda?