Sunak Out Starmer In, Kemenangan Telak Partai Buruh dalam Pemilu Inggris
Sepertinya pemilih Inggris hanya ingin mendepak Sunak dari kursi perdana menteri, dan menyingkirkan Partai Konservatif dari pemerintahan, tetapi tidak begitu yakin, bahwa Sir Keir dan Partai Buruhnya akan membawa Inggris keluar dari pergolakan politik dan ekonomi yang menjadi warisan kepemimpinan para Tory’s PM selama empat belas tahun belakangan.
Kemenangan telak (landslide victory) Partai Buruh Inggris yang sudah diprediksi jauh-jauh hari oleh pollsters dan pengamat politik, menjadi kenyataan hari ini. Kekalahan yang dialami oleh Tory (Partai Konservatif) yang memerintah selama empat belas tahun terakhir, bisa disebut merupakan kekalahan terburuk kaum konservatif sepanjang sejarah keikutsertaan partai itu dalam pemilu Inggris sejak lebih seratus sembilan puluh tahun lalu. Rishi Sunak sebagai “the fall guy” memberikan legasi buruk bagi kaum konservatif Inggris: perdana menteri yang kalah telak dalam pemilu.
Menurut perhitungan beberapa exit poll, Partai Buruh mungkin akan memenangkan lebih dari empat ratus sepuluh kursi (410) dari total enam ratus lima puluh (650) kursi yang ada di parlemen Inggris (63% kursi parlemen). Karena perhitungan masih terus berjalan, menurut beberapa media Inggris, kemungkinan perolehan tersebut bisa jadi terus meningkat.
Kemenangan Partai Buruh ini mengakhiri kekuasaan Partai Konservatif yang kontroversial selama hampir satu setengah dekade. Sejak kepemimpinan David Cameron (2010-2016), dan Theresa May (2016-2019), Partai Konservatif menuntun Inggris memasuki era pergolakan politik yang berimbas pada keluarnya Inggris dari Uni Eropa melalui Brexit di 2016. Kepemimpinan Boris Johnson (2019-2022) dianggap ugal-ugalan. Skandal pesta (Partygate) di Downing Street No. 10, yang merupakan kantor dan kediaman perdana menteri Inggris, membuatnya terdepak dari kursi perdana menteri. Padahal saat itu Inggris sedang mengalami lock-down akibat pandemi Covid-19.
Kursi perdana menteri Inggris dilanjutkan oleh tokoh yang nyaris tidak dikenal publik dunia, Liz Truss (Mary Elizabeth Truss), setelah menang dalam pemilihan intra-partai melawan Rishi Sunak. Liz Truss memerintah Inggris selama empat puluh empat (44) hari saja, membuatnya menjadi perdana menteri Ingris dengan masa jabatan terpendek sepanjang sejarah. Politisi perempuan ketiga yang menjadi perdana menteri Inggris ini adalah perdana menteri terakhir yang dilantik oleh Ratu Elizabeth II. Ratu Inggris tersebut wafat dua hari kemudian di Balmoral Castle, Skotlandia, setelah melantik Truss di istana tersebut.
Pergolakan politik Inggris berlanjut ketika Rishi Sunak mengambil alih kepemimpinan. Sunak menjadi perdana menteri Inggris keturunan India pertama, di mana India adalah bekas koloni Inggris yang memerdekakan diri pada tahun 1947. Kepemimpinan politisi kelahiran Southampton itu tidak mampu membawa Inggris menuju kejayaan ekonomi, apalagi setelah Inggris keluar dari Uni Eropa. Inggris sempat mengalami resesi ekonomi meski dengan cepat mampu keluar dari perangkap tersebut dengan pertumbuhan ekonomi terbaik sejak 2021.
Dalam pemilu kemarin, sepertinya warga Inggris sudah mencapai puncak kemuakan kepada Partai Konservatif. Faktor terbesar yang membuat kemuakan tersebut adalah janji politik yang memuat argumen bahwa, dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan membuat Inggris lebih mandiri secara ekonomi dan akan membuat Inggris semakin kuat dibandingkan jika terus bergabung dengan Uni Eropa. Dan tren terus menunjukkan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa adalah salah satu penyebab terpuruknya ekonomi Inggris dalam satu dekade belakangan.
Sir Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh, pemimpin Kabinet Bayangan (Shadow Cabinet), akan menjadi perdana menteri Inggris selanjutnya. Meski memenangkan pemilu secara telak, menurut Reuters, antusiasme terhadap Partai Buruh dan kepemimpianan Starmer tidak terlalu tinggi.
Sepertinya pemilih Inggris hanya ingin mendepak Sunak dari kursi perdana menteri, dan menyingkirkan Partai Konservatif dari pemerintahan, tetapi tidak begitu yakin, bahwa Sir Keir dan Partai Buruhnya akan membawa Inggris keluar dari pergolakan politik dan ekonomi yang menjadi warisan kepemimpinan para Tory’s PM selama empat belas tahun belakangan.
Apa Reaksi Anda?