Anies Baswedan: Pilkada Indonesia
Apakah Anies Baswedan akan kembali ke Jakarta dan meneruskan kerjanya untuk periode kedua di provinsi yang sebentar lagi akan menjadi Daerah Khusus Jakarta? Bahkan selama pergelaran pilpres yang lalu, setelah angka elektabilitas Anies Baswedan (berkisar antara 21-25%), tidak menunjukkan peningkatan menjelang pilpres digelar pada 14 Februari, gosip politik sudah menggeliat, bahwa Anies Baswedan akan kembali berlaga di pemilihan gubernur (pilgub) Jakarta. Setelah Anies Baswedan mengumumkan secara resmi bahwa ia akan berlaga dalam kontestasi tersebut pada 13 Juni lalu, maka kemungkinan tersebut terbuka semakin lebar.
Nama Anies Baswedan memang bukan lagi nama lokal. Sejak Pilkada DKI 2017 lalu, namanya sudah menjadi brand politik sendiri. Kemenangan Anies Baswedan di Jakarta yang sangat kontroversial, karena terkait dengan isu politik identitas yang sangat kental, melambungkan nama Anies Baswedan ke pentas nasional. Kemudian, sebagai salah satu kontestan pada Pilpres 2024, meski kalah dengan sangat telak, hanya Anies yang memiliki kredensial politik secara nasional di pilgub Jakarta yang akan datang.
Beberapa nama yang mengemuka sebagai calon gubernur Jakarta, seperti Ridwan Kamil dan Kaesang Pangarep, sepertinya belum mampu mengalahkan popularitas (dan mungkin elektabilitas) Anies Baswedan di Jakarta. Meski belum satu pun partai politik yang secara resmi mengusung Anies Baswedan atau calon lainnya untuk Pilgub Jakarta, namun dalam skala nasional Anies Baswedan adalah sentra berita terkait pilgub Jakarta.
Masing-masing partai politik masih saling menunggu untuk mengumumkan calon yang akan mereka usung untuk pilkada November nanti, demi memastikan koalisi yang pas sehingga memberikan kemungkinan lebih besar bagi partai politik untuk berada di gerbong pemenang. PKS Jakarta, PKB Jakarta, sudah memberikan konsiderasi untuk Anies. Bahkan PDIP ikut menimbang-nimbang mengusung mantan calon presiden tersebut dalam perhelatan pilkada serentak nanti di Jakarta.
Masa pendaftaran calon baru di mulai pada 27 Agustus nanti, sehingga partai politik masih memiliki waktu yang cukup panjang untuk memilih dan dan memilah kader-kader potensial mereka, atau akan berpaling kepada nama yang bukan anggota partai politik tetapi memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup tinggi untuk diusung, seperti Anies Baswedan.
Mencuatnya wacana untuk menduetkan Anies Baswedan dengan anak bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, cukup menyita perhatian publik. Terlepas dari kontroversi keputusan Mahkamah Agung (MA) yang berkenaan dengan aturan usia peserta pilkada provinsi, nama Kaesang Pangarep tentu saja tidak bisa diremehkan. Keinginan untuk menduetkan dua nama ini, menarik untuk diperhatikan, dan tentu saja bukan tidak mungkin akan terjadi.
Mengingat untuk saat ini, sepertinya belum ada penolakan yang berarti atas wacana tersebut. Bahkan Anies Baswedan sendiri, seperti menyambut kemungkinan itu, dan Kaesang Pangarep memberikan sinyal positif untuk menerima dipasangkan dengan Anies Baswedan.
Jika dua nama ini akan menjadi pasangan yang akan mengisi surat suara Pilgub Jakarta nanti, besar kemungkinan (meski belum ada satu lembaga survey pun yang mengumumkan temuannya tentang elektabilitas “pasangan calon” ini), mereka akan memenangkan Jakarta, dalam satu atau dua putaran.
Analisis di atas tentu memiliki alasan yang cukup kuat. Anies Baswedan telah memiliki basis pendukung yang cukup besar di Jakarta; sementara kekuatan PSI di Jakarta juga sudah terjaga dengan baik. Dari sisi logistik, tidak akan terlalu sulit bagi mereka. Dukungan dari PKS, hampir pasti tersedia; Partai Gerindra mungkin sekali akan ikut serta. Presiden Jokowi sebagai lokomotif politik paling kuat saat ini, dan gerbong yang akan mengikutinya akan sangat besar, partai-partai politik lain, seperti Golkar, PKB dan yang lain, sudah terbiasa mencium “aroma darah”, akan lebih baik mengikuti gerbong yang akan menang daripada, terkulai sebagai pecundang .
Tentu saja ada tantangan yang tidak mudah. Mungkinkah basis politik Anies Baswedan yang selama ini selalu menjadi antitesa bagi Presiden Jokowi mau meleburkan diri dengan kelompok-kelompok politik di belakang Presiden? Tetapi, mengingat betapa mudahnya PKB dan Anies Baswedan bersatu di pilpres yang lalu, bukan tidak mungkin, basis-basis politik Anies Baswedan dan Presiden Jokowi akan dengan menjadi koalisi yang akan mengantarkan Anies Baswedan dan Kaesang Pangarep untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur pertama Jakarta setelah statusnya sebagai ibukota “direbut” oleh IKN di Kalimantan Timur.
Bagi saya, jika wacana penyatuan Anies Baswedan dan Kaesang Pangarep ini berlanjut hingga ke pendaftaran calon nanti, dan mereka berlaga dalam Pilgub Jakarta sebagai pasangan calon, yang akan sangat menarik untuk menjadi pelajaran politik bagi kita semua adalah: bahwa fanatisme politik akan selalu berhadapan dengan realitas politik yang sangat cair. Dan realitas politik akan selalu menang.
Jakarta adalah magnet besar yang sulit ditandingi dalam pemberitaan dan kebisingannya dalam kontestasi politik tanah air, apalagi sejak Joko Widodo memenangkan kursi gubernurnya di 2012 lalu. Rasanya tidak terlalu muluk untuk kita sebut pilgub Jakarta akan menjadi pilkada dengan skala nasional, dan semua mata akan tertuju ke Jakarta. (df/jidpl)
Apa Reaksi Anda?