Armageddon, Mengenang Awan Jamur di Hiroshima dan Nagasaki
Dunia terperangah, Einstein ketakutan sekali, Robert J. Oppenheimer si bapak Bom Atom, menjadi begitu ngeri dan menyesal terhadap bom dan teror yang diciptakannya. Beberapa puluh tahun setelah itu ia pernah berkata, di tahun 1965, di televisi dalam sebuah wawancara dengan mengutip Baghavad Gita, Oppenheimer menyatakan penyesalannya, “Kini, aku telah menjadi sang Kematian, sang penghancur dunia.”
Dalam banyak keyakinan dan agama, hampir semua memiliki ceritanya sendiri akan pertempuran terakhir menjelang kiamat datang. Armageddon, kehancuran total yang akan mengakhiri peradaban manusia.
Sebuah kehancuran total yang akan mengakhiri peradaban manusia. Armageddon, begitulah istilahnya sering disebut. Kini armegeddon bukan dalam tataran mistis lagi. Armageddon itu menjelang datang.
Namun setelah kita tahu, bahwa gambar itu adalah akibat ledakan sebuah bom yang dirancang sangat detail dengan menggunakan sebuah reaksi yang sangat kompleks bernama nuklir, kebanyakan kita pada saat pertama kali melihatnya hanya akan berkata, “wow” atau “wah” atau “aduh”. Karena begitulah seingat saya, reaksi saya ketika melihat gambar itu puluhan tahun lalu untuk pertama kalinya. Tak pernah kita sadar bahwa awan jamur itu adalah sebuah pertanda kiamat dan malapetaka yang sangat mengerikan dan seharusnya mengganggu tidur dan mengundang mimpi buruk bagi semua orang waras.
Truman berdiri, berpidato bagai seorang humanis besar yang ingin menghentikan perang yang dimulai Jepang terhadap Amerika Serikat dan Asia, tetapi sekali lagi, tiga hari kemudian di Nagasaki, monster berkacamata dan manis itu kembali memerintahkan untuk menjatuhkan bom atom kedua, “si Lelaki Gemuk” (Fat Man), julukan manis yang mereka berikan untuk malapateka yang akan mereka jatuhkan, yang meluluhlantakkan kota itu sebagaimana di Hiroshima.
Dalam pada itu, dunia memang menyaksikan bencana yang belum pernah kita saksikan dalam peradaban yang brutal ini. Kebrutalan jenis baru yang membuat mual Vlad the Impaler sekalipun. Jikapun Hannibal Lecter seorang kanibal, ia pasti tidak sanggup membayangkan akan membunuh ratusan ribu manusia dengan ledakan yang hanya beberapa detik saja.
Dunia terperangah, Einstein ketakutan sekali, Robert J. Oppenheimer si bapak Bom Atom, menjadi begitu ngeri dan menyesal terhadap bom dan teror yang diciptakannya. Beberapa puluh tahun setelah itu ia pernah berkata, di tahun 1965, di televisi dalam sebuah wawancara dengan mengutip Baghavad Gita, Oppenheimer menyatakan penyesalannya, “Kini, aku telah menjadi sang Kematian, sang penghancur dunia.”
Setelah PD II, Oppenheimer menjadi salah satu suara paling lantang penentang penggunaan Nuklir untuk senjata, mungkin sebagai bagian dari penghukuman terhadap diri sendiri dan ketakutannya sendiri.
Kemudian tercatatlah perlombaan ilmu pengetahuan dan senjata yang tak pernah punya preseden dalam sejarah manusia, perlombaan yang diawali oleh senjata nuklir dan membawa manusia menjejelajah ruang angkasa yang luas, penemuan-penemuan baru mengikuti dengan cepat, satelit ditempatkan di orbit bumi, pendaratan manusia di bulan, stasiun ruang angkasa, pengirimin misi ke Mars dan Pluto, meneliti Saturnus, dan seakan alam semesta yang luas ini tidak lagi begitu asing.
Perlombaan yang dimulai dari nuklir, membuat dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet bersaing untuk menaklukkan ruang angkasa, meningkatkan kemampuan senjata, memperbanyaknya, menjualnya secara bebas dan rahasia, dan kemudian nuklir sudah menjadi teknologi yang umum.
Setiap negara yang punya kemampuan (baik dana dan keberanian) bisa memilikinya, dengan dicuri atau dirancang sendiri. Afrika Selatan di ujung Afrika (dulu, sebelum rezim Apartheid runtuh); Israel di tengah-tengah negara musuh yang siap menerkamnya di Timur Tengah; Rusia dengan puluhan ribuan hulu ledak nuklir, Amerika Serikat lebih banyak lagi, Perancis, Inggris, India, Pakistan, bahkan Korea Utara, lalu Iran ingin coba-coba membuatnya.
Singkatnya, para pemilik bom nuklir tersebut, bisa membuat serangkaian hari kiamat, doomsday, armageddon, dan menghancurkan seluruh bumi beserta isinya berulang-ulang kali dengan senjata nuklir yang mereka miliki.
Para negara nuklir itu sebenarnya enggan memiliki apalagi menggunakan senjata terkutuk tersebut, tetapi kesombongan, paranoia, ketakutan, kemaruk kekuasaan membuat senjata nuklir menjadi alat tawar menawar yang ampuh dan mematikan.
Penggunaan senjata nuklir, hanyalah sebuah kegilaan belaka, nantinya bila itu terjadi lagi, semua orang sadar akan itu. Karena doktrin MAD (mutual assured destruction), sebuah doktrin yang menjamin pembalasan yang sama apabila bom nuklir digunakan dalam perang, pasti berlaku dalam konflik berskala nuklir. Tidak ada yang diuntungkan dan menang. Semuanya hanya kehancuran dan malapetaka. Jika Rusia menghantam AS dengan nuklirnya, Rusia akan dihantam dengan api yang sama. Dan peluru nuklir akan meluncur dengan deras bagai kemurkaan datang dari langit, yang belum pernah kita saksikan sebelumnya di penjuru bumi, sebagaimana yang disebut Truman. Dan dunia hanya akan hancur belaka. Jika Israel menghantam Iran dengan nuklir lalu Pakistan membantu membalaskan dengan nuklirnya, Timur Tengah akan menambah luas gurun dalam semalam saja.
Tetapi manusia begitu angkuh dengan ilmu pengetahuan dan temuannya dan waham kebesarannya. Nuklir sudah menjadi momok, tetapi bagi mereka senjata nuklir adalah hantu yang diperlukan. Dan itu seakan menjadi keniscayaan belaka.
Ketika Presiden Donald Trump beberapa tahun lalu menyerukan ancaman kepada Korea Utara, seperti yang pernah disampaikan Harry Truman kepada Jepang 72 tahun yang lalu: "North Korea best not make any more threats to the United States…. They will be met with fire, fury and frankly power the likes of which this world has never seen before…" mungkin kita akan segera melihat foto awan jamur lagi.
Trump mungkin orang tua yang konyol dan separuh gila ketika ia mengancam orang muda kejam dan gila pula di belahan dunia yang lain, tetapi ancaman yang menggunakan kekuatan nuklir, bukanlah sebuah kekonyolan. Apalagi jika ia memenangkan Pilpres AS di November mendatang, maka kegilaan akan bertambah-tambah ke dunia kita yang semakin chaotic ini.
Nuklir memang bukan semata ancaman bagi dunia, karena benar saja, bisa digunakan untuk perdamaian dan medis, untuk transportasi dan listrik, tetapi jika sebuah peluru nuklir berada di tangan monster seperti Truman dan orang gila seperti Trump dan Kim Jong Un, mungkin kita tidak perlu menyaksikan ledakan nuklir di dalam film atau buku sejarah, karena sebentar lagi mungkin akan kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri.
Apa Reaksi Anda?